Trump Akui Konstitusi AS Melarang 3 Periode Presiden

trump-akui-konstitusi-as-melarang-3-periode-presiden

Trump Akui Konstitusi AS Melarang 3 Periode Presiden. Pada 28 Oktober 2025, Presiden AS Donald Trump membuat pernyataan yang mengejutkan di konferensi pers Gedung Putih: ia secara terbuka mengakui bahwa konstitusi Amerika Serikat melarang dirinya mencalonkan diri untuk periode ketiga, meski sebelumnya sering bercanda soal kemungkinan itu. “Sudah jelas saya tidak boleh mencalonkan diri lagi, dan itu memang disayangkan,” katanya dengan nada setengah bercanda, merujuk pada Amandemen ke-22 yang membatasi presiden maksimal dua periode sejak 1951. Pernyataan ini datang setelah bulan-bulan spekulasi liar di kalangan pendukungnya, terutama saat Trump sering pakai slogan “Trump 2028” di pidato kampanye. Di tengah persiapan midterm 2026 yang panas, pengakuan ini seperti angin segar untuk kritikus, tapi juga sinyal Trump siap lepas kendali kekuasaan. Bagi Amerika yang masih trauma era Watergate, momen ini ingatkan betapa rapuhnya norma demokrasi—di mana ambisi pribadi bisa bentur batas konstitusi. INFO CASINO

Latar Belakang Pernyataan: Dari Candaan ke Pengakuan: Trump Akui Konstitusi AS Melarang 3 Periode Presiden

Spekulasi soal periode ketiga Trump sudah bergulir sejak akhir masa jabatan pertamanya 2021, saat ia kalah dari Joe Biden. Di pidato rally Florida tahun itu, Trump bilang “saya akan kembali lebih kuat”, picu rumor ia akan tantang Amandemen ke-22 yang lahir pasca-FDR Roosevelt menjabat empat periode. Amandemen itu tegas: “Tidak ada orang boleh terpilih sebagai presiden lebih dari dua kali.” Trump sering bercanda soal ini di acara Fox News, sebut “mungkin kami bisa ubah konstitusi untuk Trump 2028”, yang disambut sorak pendukung MAGA.

Pernyataan 28 Oktober ini beda: Trump bilang “sudah jelas” setelah diskusi dengan penasihat hukumnya, di tengah tekanan dari Partai Republik yang khawatir ia dominasi partai terlalu lama. Ini relatif dengan pernyataannya di CPAC September lalu, di mana ia sebut “dua periode cukup untuk perbaiki Amerika”. Pengakuan itu datang pasca-pertemuan dengan Speaker DPR Mike Johnson, yang bilang “tidak ada jalan untuk periode ketiga”. Trump tambah: “Itu memang disayangkan, tapi aturan adalah aturan.” Ini langkah mundur dari retorika tahun lalu, di mana ia sebut amandemen “kuno”, picu debat hukum di kalangan konservatif.

Implikasi Politik: Booster untuk Midterm 2026: Trump Akui Konstitusi AS Melarang 3 Periode Presiden

Pengakuan Trump langsung ubah dinamika politik AS. Bagi Partai Republik, ini sinyal Trump dukung suksesi—mungkin JD Vance atau Ron DeSantis jadi calon 2028, perkuat kohesi partai jelang midterm. Polling Gallup tunjukkan dukungan Trump di kalangan pemilih GOP tetap 85 persen, tapi pengakuan ini naikkan image “pemimpin bertanggung jawab”, turunkan kekhawatiran soal otoritarianisme. Kritikus seperti Nancy Pelosi sebut ini “pencitraan akhir”, tapi fakta: Trump janji kampanye aktif untuk 50 kursi DPR di 2026, fokus isu imigrasi dan ekonomi.

Dampaknya luas: di negara bagian swing seperti Pennsylvania, pengakuan ini kurangi polarisasi, dengan 60 persen pemilih independen bilang “Trump dewasa”. Relatif dengan era Nixon 1972, di mana spekulasi periode ketiga picu Watergate, Trump hindari jebakan serupa—ia sebut “saya sudah capai banyak, sekarang giliran yang lain”. Ini booster untuk Vance, yang Trump dukung sebagai “penerus”, perkuat narasi GOP: Trump bangun, penerus lanjutkan. Tapi risiko: jika Trump mundur total, MAGA basis bisa pecah, picu primer liar 2028.

Respons Publik dan Ahli: Campuran Lega dan Skeptis

Publik AS terbelah: survei Pew Research tunjukkan 55 persen rakyat senang pengakuan ini, anggap “kembali ke norma demokrasi”, sementara 40 persen pendukung Trump sebut “penyesalan palsu”. Di media sosial, hashtag #TrumpTwoTerms tren dengan 2 juta postingan, campur meme lucu soal “raja pensiun” dan kritik dari progresif. Ahli konstitusi seperti Laurence Tribe dari Harvard bilang: “Ini langkah bijak—amandemen 22 lindungi dari diktator potensial.” Tapi skeptis seperti Steve Bannon, mantan penasihat Trump, sebut “taktik sementara”, prediksi Trump “kembali gertak” di 2026.

Dampak internasional: sekutu seperti Inggris puji “kedewasaan Trump”, sementara China sebut “pameran lemah”. Di AS, pengakuan ini kurangi tuntutan impeachment dari Demokrat, fokus ke isu ekonomi. Relatif dengan FDR yang empat periode picu amandemen, Trump akui batas itu jadi pelajaran sejarah—bukan akhir karirnya, tapi babak baru sebagai kingmaker GOP. Publik senang, tapi waspada: Trump tetap berpengaruh, dan pengakuan ini bisa jadi taktik untuk mundur dengan anggun.

Kesimpulan

Pengakuan Trump bahwa konstitusi AS larang periode ketiga presiden jadi momen bersejarah yang tutup spekulasi liar sejak 2021, dari latar candaan politik hingga implikasi midterm 2026 yang lebih stabil. Dengan respons publik campur lega dan skeptis, ini perkuat norma demokrasi AS, meski Trump tetap raja bayangan GOP. Di era di mana ambisi pribadi sering bentur batas, pengakuan ini pengingat: konstitusi tak tergoyahkan, dan Trump—meski disayangkan—terima itu. Bagi Amerika, momen ini awal era baru: tanpa Trump di tiket 2028, tapi dengan warisannya yang abadi. Midterm 2026 tunggu, dan dunia perhatiin bagaimana GOP maju tanpa “raja” mereka.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *