Mengapa Durian Menjadi Buah Nasional di Malaysia. Pada 12 November 2025, sorotan kembali tertuju pada durian, sang raja buah yang tak tergantikan di hati masyarakat Malaysia. Asosiasi Produsen Durian baru saja mengajukan petisi resmi ke Kementerian Pertanian, mendorong pemerintah untuk secara resmi mengangkat durian sebagai buah nasional sekaligus menetapkan 7 Juli sebagai Hari Durian Nasional. Langkah ini bukan sekadar gimmick musiman, melainkan pengakuan atas peran durian yang sudah lama menyatu dengan identitas bangsa. Dari cerita kakek-nenek di kampung hingga ekspor miliaran ringgit ke luar negeri, durian lebih dari sekadar makanan—ia adalah simbol kebersamaan dan ketangguhan. Mengapa buah berduri ini pantas naik tahta? Mari kita kupas alasannya tanpa banyak basa-basi, mulai dari akar budayanya hingga potensi ekonominya yang menggiurkan. REVIEW KOMIK
Akar Budaya yang Mengikat Generasi: Mengapa Durian Menjadi Buah Nasional di Malaysia
Durian bukan buah sembarangan; ia lahir dari tanah Borneo dan Semenanjung Malaysia, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari sejak ratusan tahun lalu. Dalam cerita rakyat Melayu, durian sering muncul sebagai metafor kekayaan alam yang kasar di luar tapi manis di dalam, mirip perjuangan bangsa yang beragam. Setiap keluarga punya kisah pribadi: musim durian di kampung yang jadi ajang kumpul keluarga, atau larangan bawa durian ke hotel yang justru bikin ia makin ikonik. Varietas lokal seperti D24 yang creamy atau Black Thorn yang eksotis tak hanya dikenal di pasar malam, tapi juga jadi warisan turun-temurun.
Pengakuan ini tak lepas dari peran durian dalam menyatukan etnis beragam di Malaysia. Orang Melayu, Cina, India, dan pribumi sama-sama punya ritual durian—dari makan ria saat musim panen hingga festival di Raub atau Raub yang ramai pengunjung. Bahkan, di tengah perdebatan dengan tetangga selatan yang juga klaim durian sebagai milik mereka, durian justru perkuat rasa bangga nasional. Proposal ini datang di saat tepat, saat generasi muda mulai eksplorasi durian lewat kuliner modern seperti es krim atau keripik, menjaga api tradisi tetap menyala. Singkatnya, durian bukan cuma buah; ia adalah jembatan budaya yang bikin Malaysia terasa seperti rumah bagi semua.
Kontribusi Ekonomi yang Tak Terbantahkan: Mengapa Durian Menjadi Buah Nasional di Malaysia
Lupakan aroma kontroversialnya—durian adalah mesin uang raksasa bagi perekonomian Malaysia. Tahun lalu saja, ekspor durian tembus lebih dari satu miliar ringgit, dengan China sebagai pembeli utama yang haus akan rasa creamy-nya. Ribuan petani kecil di Pahang, Johor, dan Perak bergantung pada pohon durian untuk nafkah harian, dari panen manual hingga pengemasan modern. Varietas premium seperti Musang King, yang punya status indikasi geografis hingga 2034, tak hanya angkat harga jual tapi juga tarik wisatawan agro ke kebun-kebun hijau.
Bayangkan jika durian resmi jadi buah nasional: inovasi bakal meledak. Riset bibit unggul, pengolahan produk turunan seperti jus atau kosmetik dari kulitnya, plus festival nasional yang pacu pariwisata. Saat ini, industri ini sudah dukung jutaan lapangan kerja tidak langsung, dari transporter hingga pemasok pupuk. Di tengah tantangan perubahan iklim yang bikin musim panen tak menentu, pengakuan resmi bisa dorong subsidi pemerintah untuk irigasi dan asuransi petani. Fakta bicara sendiri: durian bukan beban, tapi aset strategis yang bisa saingi minyak sawit dalam kontribusi PDB. Dengan proposal ini, Malaysia punya peluang ubah durian dari komoditas lokal jadi ikon global, mirip kopi di Brasil atau anggur di Prancis.
Respons Masyarakat dan Tantangan ke Depan
Petisi ini langsung viral di media sosial, dengan ribuan dukungan dari netizen yang bagikan foto durian favorit mereka. Petani di pedalaman bilang ini momen bangga, sementara urbanite di Kuala Lumpur lihatnya sebagai cara rayakan akar kampung di tengah hiruk-pikuk kota. Tapi, tak semuanya mulus—ada suara khawatir soal overeksploitasi yang bisa rusak lingkungan, atau perdebatan etis soal monopoli varietas tertentu. Kementerian Pertanian sedang tinjau proposal berdasarkan dampak sosial-ekonomi, penerimaan publik, dan nilai budaya, tapi keputusan akhir butuh restu kabinet.
Yang menarik, dorongan ini juga picu diskusi sehat antarwarga. Beberapa sarankan durian dibagi peran: raja buah untuk Malaysia, tapi tetap dibagi sahabat region. Tantangannya? Pastikan pengakuan ini tak cuma simbolis, tapi bawa manfaat nyata seperti pelatihan petani muda atau kampanye anti-pemborosan. Respons positif mayoritas tunjukkan durian sudah “menjadi” buah nasional di hati rakyat, bahkan sebelum stempel resmi. Ini momentum bagus untuk bangun konsensus, di mana durian tak hanya dinikmati, tapi juga dilestarikan untuk anak cucu.
Kesimpulan
Durian naik tahta sebagai buah nasional Malaysia bukan kebetulan, melainkan kulminasi dari warisan budaya yang kaya, kekuatan ekonomi yang solid, dan semangat gotong royong yang hidup. Dari pohon berduri di kebun hingga meja makan global, durian wakili esensi bangsa: berani, manis, dan tak tergantikan. Proposal terkini ini bisa jadi katalisator perubahan, asal diimbangi langkah konkret seperti riset berkelanjutan dan inklusi petani kecil. Saat dunia makin haus akan rasa autentik, Malaysia punya durian sebagai senjata rahasia. Ke depan, semoga 7 Juli nanti jadi hari libur nasional penuh tawa dan aroma khas—karena di balik duri, ada janji kemakmuran untuk semua. Durian bukan sekadar buah; ia adalah cerita Malaysia yang terus bertumbuh.