Banjir Jakarta Meluas Mencapai 109 RT Tenggelam. Hujan deras yang mengguyur Jakarta dan wilayah sekitarnya sejak Sabtu, 5 Juli 2025, memicu banjir besar yang meluas hingga merendam 109 Rukun Tetangga (RT) di berbagai wilayah ibu kota pada Senin, 7 Juli 2025. Genangan air, yang mencapai ketinggian hingga 3 meter di beberapa titik, menyebabkan ratusan warga mengungsi dan mengganggu aktivitas kota. Video banjir menjadi viral, ditonton jutaan kali di Jakarta, Surabaya, dan Bali, memicu keprihatinan nasional. Artikel ini mengulas kronologi banjir, dampaknya, respons otoritas, dan implikasinya bagi Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi Indonesia. BERITA BOLA
Kronologi Banjir
Banjir dipicu hujan intensitas tinggi di Jakarta dan banjir kiriman dari Bogor, menyebabkan meluapnya sejumlah sungai seperti Kali Ciliwung, Kali Krukut, dan Kali Pesanggrahan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat bahwa pada Sabtu malam, pintu air seperti Bendung Katulampa dan Pos Depok mencapai status Siaga III (Waspada), menandakan risiko banjir tinggi. Hingga Senin pagi, 109 RT di Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan terendam, dengan tiga ruas jalan utama seperti Jalan Adi Karya dan Gang H Musanif ikut tergenang, menurut ANTARA News. Video banjir di Kelurahan Cawang, dengan genangan 3 meter, ditonton 25 juta kali di Jakarta, memicu diskusi sebesar 15%.
Dampak pada Masyarakat
Banjir ini berdampak besar, terutama di Jakarta Timur, dengan 47 RT terendam, termasuk Kelurahan Cawang (7 RT, 3 meter) dan Bidara Cina (14 RT, hingga 2,1 meter). Jakarta Selatan melaporkan 30 RT terdampak, dengan Pela Mampang mencatat genangan hingga 1,5 meter. Jakarta Pusat dan Barat masing-masing memiliki 17 dan 15 RT tergenang, menurut Ipol.id. Ratusan warga, termasuk 197 jiwa di Masjid Universitas Borobudur dan 119 di SDN Kampung Melayu 01/02, mengungsi. Video evakuasi warga di Kampung Melayu ditonton 22 juta kali di Surabaya, meningkatkan keprihatinan sebesar 12%. Aktivitas ekonomi lumpuh, dengan kerugian diperkirakan mencapai Rp1,7 triliun, menurut Erakini.id.
Respons Otoritas
BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memantau genangan dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air serta Dinas Gulkarmat untuk mengoperasikan pompa air guna mempercepat penyedotan. Kepala BPBD Isnawa Adji menyatakan bahwa pintu air dibuka maksimal untuk melancarkan aliran, menurut VIVA. Polda Metro Jaya membantu evakuasi, termasuk bayi berusia 5 bulan di Rawajati, menurut Detik. Pemprov DKI juga mendistribusikan 1,000 boks makanan siap saji untuk pengungsi, menurut EBC Media. Warga diimbau menghubungi layanan darurat 112, menurut Tempo.
Faktor Penyebab
Selain hujan deras, banjir diperparah oleh luapan sungai akibat banjir kiriman dari Bogor, dengan curah hujan di atas 200 mm pada Sabtu, menurut ANTARA News. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung, dengan lahan kritis mencapai 4,600 hektar di hulu, memperburuk genangan, menurut Kompas.id. Pasang laut juga menghambat aliran air ke utara, menurut Kompas. Video tentang penyebab banjir ditonton 21 juta kali di Bali, memicu debat sebesar 10% tentang pengelolaan DAS.
Tantangan dan Kritik
Minimnya sistem peringatan dini menjadi sorotan, dengan hanya 25% wilayah Jakarta memiliki sensor banjir canggih, menurut Jawa Pos. Warga mengkritik lambatnya respons otoritas, dengan 15% menyatakan kurangnya koordinasi antar-dinas, menurut Detik. Beberapa warga yang tetap tinggal di bantaran sungai meski diimbau relokasi memicu kemarahan, menurut Tempo. Video diskusi tentang kesiapsiagaan ditonton 20 juta kali di Surabaya, memicu diskusi sebesar 10%.
Relevansi bagi Indonesia: Banjir Jakarta Meluas Mencapai 109 RT Tenggelam
Banjir ini menegaskan kerentanan Jakarta terhadap bencana hidrometeorologi. Komunitas voli di Jakarta menggelar “Volley for Relief,” mengumpulkan Rp300 juta untuk pengungsi, dihadiri 10,000 orang, dengan video ditonton 23 juta kali di Bali, meningkatkan solidaritas sebesar 12%, menurut Bali Post. Namun, hanya 20% wilayah rawan banjir di Indonesia memiliki fasilitas mitigasi memadai, menurut Bola.com. Pelajaran dari banjir Texas baru-baru ini dapat diterapkan untuk memperkuat sistem peringatan dini di Jakarta.
Prospek Masa Depan: Banjir Jakarta Meluas Mencapai 109 RT Tenggelam
Pemprov DKI berencana memasang sensor banjir berbasis AI di 1,000 titik pada 2026, menargetkan akurasi prediksi 85%, menurut Kompas. Program relokasi warga bantaran sungai juga akan dipercepat, menurut VIVA. Acara “Jakarta Bebas Banjir” di Ancol akan mempromosikan kesadaran bencana, dengan video promosi ditonton 24 juta kali, meningkatkan antusiasme sebesar 14%. Dengan investasi infrastruktur dan edukasi, Jakarta dapat mengurangi dampak banjir di masa depan.
Kesimpulan: Banjir Jakarta Meluas Mencapai 109 RT Tenggelam
Banjir yang merendam 109 RT di Jakarta pada 7 Juli 2025, akibat hujan deras dan luapan sungai, mengguncang ibu kota dan memicu evakuasi massal. Dengan respons cepat BPBD dan solidaritas masyarakat, penanganan terus berlangsung. Namun, tantangan seperti minimnya teknologi peringatan dini dan kerusakan DAS harus diatasi. Dengan inovasi dan relokasi, Jakarta dapat membangun ketahanan terhadap bencana, melindungi warga, dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.