Erdogan Memuji Trump Usai Berhentikan Perang Gaza

erdogan-memuji-trump-usai-berhentikan-perang-gaza

Erdogan Memuji Trump Usai Berhentikan Perang Gaza. Pada 30 September 2025, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat gelombang baru di dunia internasional dengan memuji Presiden AS Donald Trump atas perannya dalam mengakhiri perang Gaza yang berlangsung hampir dua tahun. Dalam pernyataan resminya di Ankara, Erdogan sebut upaya Trump sebagai “kepemimpinan luar biasa” yang hentikan “darah tumpah di Gaza” dan capai gencatan senjata. Pujian ini datang sehari setelah proposal 20 poin Trump disetujui Netanyahu, yang janjikan pembebasan sandera, tarik pasukan Israel bertahap, dan pemerintahan transisi di Gaza. Meski Turki dikenal vokal kritik Israel—bahkan sebut serangan itu “genosida”—sikap Erdogan kini picu debat sengit di media sosial dan komunitas Muslim global. Di tengah korban jiwa Gaza tembus 66 ribu, momen ini terasa seperti titik balik: dari konflik berdarah ke harapan rapuh, tapi juga tuduhan Erdogan “lembek” pada Trump. Saat mediator Mesir-Qatar dorong implementasi, pujian ini ungkap dinamika geopolitik yang rumit. BERITA VOLI

Latar Belakang Pertemuan Trump-Erdogan

Hubungan Trump dan Erdogan tak selalu mulus, tapi pertemuan mereka di Gedung Putih 25 September lalu jadi kunci akhir perang Gaza. Ini kunjungan pertama Erdogan ke AS dalam enam tahun, di tengah UNGA New York yang didominasi isu Palestina. Trump, yang presentasikan rencana damai ke pemimpin Arab-Muslim—termasuk Erdogan—sebut Turki sebagai “mitra penting” untuk stabilkan Timur Tengah. Erdogan, yang kritik keras Israel sejak Oktober 2023, hadir dengan agenda ganda: dukung Palestina sambil jaga aliansi NATO dengan AS.

Dalam konferensi pers Oval Office, Trump janjikan angkat sanksi terhadap industri pertahanan Turki “segera” jika pertemuan sukses, plus izinkan beli jet F-35 lagi—kesepakatan yang gagal sejak 2019 gara-gara S-400 Rusia. Erdogan balas dengan bilang, “Kami capai pemahaman soal gencatan senjata dan damai abadi di Gaza,” tekankan solusi dua negara sebagai “formula satu-satunya”. Pertemuan ini, yang Trump sebut “fruitful”, langsung hasilkan proposal 20 poin: gencatan segera, tukar sandera (20 hidup dan 25 jenazah Israel tukar 250 tahanan Palestina), bantuan kemanusiaan bebas hambatan, dan komite internasional urus Gaza sementara. Netanyahu setuju 29 September, sebut itu “capai tujuan perang kami” tanpa aneksasi wilayah. Erdogan, yang tolak perdagangan dengan Israel sejak 2023, lihat ini sebagai langkah maju, meski tetap tuntut akhir pendudukan total.

Isi Pujian Erdogan dan Respons Regional: Erdogan Memuji Trump Usai Berhentikan Perang Gaza

Pujian Erdogan dirilis Selasa pagi via X dan transkrip kantornya: “Saya puji upaya dan kepemimpinan Presiden Trump untuk hentikan darah tumpah di Gaza dan capai gencatan senjata.” Ia tambah, Turki akan “terus kontribusi untuk damai adil yang diterima semua pihak,” sebut rencana Trump “tulus dan menentukan”. Ini kontras dengan sikap Erdogan sebelumnya yang sebut Netanyahu “teroris” dan boikot total Israel. Tapi, di balik pujian, Erdogan tekankan prioritas: pembebasan sandera, atasi krisis kemanusiaan (453 mati kelaparan, termasuk 150 anak), dan transisi Gaza ke Otoritas Palestina (PA) tanpa Hamas dominan.

Respons regional campur aduk tapi mayoritas positif. Qatar, Yordania, UEA, Indonesia, Pakistan, Turki, Saudi, dan Mesir keluarkan pernyataan bersama sambut “upaya tulus Trump”. Presiden Prancis Emmanuel Macron sebut Israel harus “terlibat tegas”, sementara PA di Tepi Barat janji reformasi untuk balik ke Gaza. Netanyahu puji Trump sebagai “teman setia”, tapi menteri sayap kanannya seperti Smotrich tolak peran PA sebagai “garis merah”. Di sisi lain, keluarga sandera Israel di Tel Aviv protes tuntut eksekusi cepat. Analis bilang pujian Erdogan bantu Trump posisikan diri sebagai penengah, tapi juga sinyal Turki siap host pemimpin Hamas yang ambil amnesti—seperti tawaran Sudan atau Pakistan untuk evakuasi aman.

Kritik Domestik dan Internasional

Meski pujian Erdogan sejalan dengan narasi damai, kritik meledak di Turki dan global. Di X, thread sebut Erdogan “hipokrit” karena legitimasi rencana yang “abaikan kedaulatan Palestina”—seperti tak jamin akhir permanen perang sebelum tarik penuh Israel. Pengguna Arab-Muslim tuduh ia “gabung arus Zionis-Arab” yang incar lumpuhkan Hamas, dengan satu post viral: “Erdogan tipu umat yang harap dia bela Gaza.” Di Turki, oposisi seperti CHP sebut ini “penyerahan pada Trump” demi F-35, sementara aktivis pro-Palestina di Istanbul demo kecil tuntut Erdogan tolak proposal.

Internasional, kelompok hak asasi seperti Amnesty bilang rencana Trump “kurang detail” soal rekonstruksi Gaza dan cegah pemindahan paksa—Trump pernah usul relokasi 2 juta warga Gaza. Hamas sendiri “condong terima” tapi kritik bentuk awal karena tak konsultasi mereka, dengan jawaban resmi ke mediator Rabu ini. Sementara, di lapangan, serangan Israel kemarin bunuh 42 warga Gaza, tunjukkan gencatan belum efektif. Kritik ini ungkap celah: pujian Erdogan bantu momentum, tapi risikonya pecah basis pendukungnya yang vokal soal Palestina.

Kesimpulan: Erdogan Memuji Trump Usai Berhentikan Perang Gaza

Pujian Erdogan pada Trump usai akhir perang Gaza jadi simbol harapan rapuh di Timur Tengah yang lelah konflik, tapi juga pengingat geopolitik penuh kompromi. Dengan proposal 20 poin janjikan gencatan, tukar sandera, dan transisi Gaza, momen ini bisa buka pintu damai abadi—atau jebakan baru jika Hamas tolak atau Israel tunda tarik pasukan. Erdogan, yang seimbang antara kritik Israel dan dukung Trump, posisikan Turki sebagai jembatan, tapi kritik domestik ingatkan: damai tak boleh korban prinsip. Saat Rabu nanti jawaban Hamas keluar dan bantuan mulai masuk Rafah, dunia tunggu implementasi—bukan cuma kata puji, tapi aksi nyata. Gaza pantas bangun ulang, dan pujian Erdogan bisa jadi langkah pertama menuju itu.

BACA SELENGKAPNYA DI..

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *