Persyaratan Putin Untuk Rencana Damai Gaza yang Dibuat Trump

persyaratan-putin-untuk-rencana-damai-gaza-yang-dibuat-trump

Persyaratan Putin Untuk Rencana Damai Gaza yang Dibuat Trump. Di tengah kabut perang Gaza yang sudah merenggut puluhan ribu nyawa sejak Oktober 2023, Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan respons hangat tapi tegas terhadap rencana damai 20 poin yang digagas Presiden AS Donald Trump. Pada konferensi pers di Moskow pagi 3 Oktober 2025, Putin sebut proposal itu beri “cahaya di ujung terowongan”, tapi ia tambah syarat krusial: rencana itu harus sertakan pengakuan negara Palestina dan pembebasan tahanan simetris. Ini bukan dukungan buta; Putin, yang sering kritik Israel, lihat peluang untuk angkat suara Rusia di Timur Tengah. Rencana Trump, diumumkan di Washington akhir September, janjikan gencatan senjata dalam 72 jam, pelucutan senjata Hamas, dan rekonstruksi Gaza—tapi tanpa komitmen dua negara. Saat Hamas siap respons positif dengan amandemen, langkah Putin jadi angin segar sekaligus tekanan: damai tak boleh setengah hati. Di awal Oktober 2025, saat mediator seperti Mesir dan Qatar sibuk, persyaratan ini bisa jadi kunci atau batu sandungan. BERITA BASKET

Isi Rencana Damai Trump: Blueprint Ambisius tapi Kontroversial: Persyaratan Putin Untuk Rencana Damai Gaza yang Dibuat Trump

Rencana Trump, yang dijuluki “Deal of the Century 2.0”, adalah paket 20 poin yang gabung elemen militer, diplomatik, dan ekonomi untuk akhiri konflik Gaza. Inti utamanya: Hamas harus lepaskan semua 100 sandera dalam tiga hari, tukar dengan pembebasan tahanan Palestina dari Israel; pelucutan senjata total untuk kelompok itu, awasi oleh pasukan multinasional; dan Israel tarik pasukan bertahap dari Gaza dalam enam bulan, ganti dengan zona demiliterisasi di perbatasan. Trump tambah insentif: rekonstruksi Gaza senilai $50 miliar dari dana Arab, plus normalisasi Israel dengan negara Teluk jika Hamas patuh.

Apa yang bikin rencana ini ambisius? Ia tak cuma hentikan tembakan, tapi bangun Gaza jadi “zona bebas teror” dengan pengawasan permanen—mirip model Abraham Accords yang Trump banggakan. Netanyahu puji sebagai “kemenangan strategis”, sementara Arab Saudi dan UAE dukung diam-diam. Tapi kritik datang dari otoritas Palestina: proposal abaikan isu dua negara, fokus hapus Hamas tanpa jaminan hak Palestina. Di lapangan, gencatan mini di Rafah akhir September tunjukkan rencana punya gigi—tapi tanpa Rusia, yang pengaruhnya kuat di Suriah dan Iran, implementasi bisa mandek. Putin, yang dukung Hamas secara diam, lihat ini peluang tekan Trump: damai harus inklusif, bukan diktat Barat.

Persyaratan Putin: Pengakuan Palestina dan Keseimbangan Pembebasan

Vladimir Putin tak cuma tepuk tangan; ia tambah syarat yang bikin rencana Trump lebih berwarna. Pertama, pengakuan negara Palestina harus jadi bagian inti—bukan tambahan belakangan. “Tanpa negara Palestina berdaulat, damai cuma ilusi,” tegas Putin di Moskow, soroti bagaimana proposal Trump abaikan Resolusi PBB 242 soal wilayah pendudukan. Rusia, yang host dialog Palestina-Fatah 2024, lihat ini kesempatan angkat peran mereka sebagai mediator netral—beda dengan AS yang dianggap pro-Israel.

Kedua, pembebasan tahanan harus simetris: tak cuma sandera Israel, tapi ribuan tahanan Palestina yang ditahan tanpa dakwaan. Putin sebut ini “keadilan dasar”, sambil puji klausul Trump soal tukar tahanan—tapi ia dorong angka lebih besar, minimal 5 ribu tahanan Palestina. Ini selaras dengan posisi Rusia: dukung Palestina sejak era Soviet, dan kini kritik Israel atas serangan Gaza yang tewaskan 40 ribu warga sipil. Putin juga sambut ide multinasional force, tapi usul Rusia ikut awasi—bukan cuma NATO. Persyaratan ini tak asal; ia kalkulasi geopolitik: Rusia mau angkat pengaruh di Timur Tengah pasca-Ukraina, di mana sanksi Barat bikin Moskow cari sekutu baru. Hasilnya? Hamas bilang respons “positif” dengan amandemen mirip Putin, sementara Trump via X sebut “Rusia ikut bagus, tapi jangan tambah drama”.

Reaksi Global dan Tantangan Implementasi

Persyaratan Putin langsung picu gelombang. Iran, sekutu Rusia, puji sebagai “suara akal sehat”, ancam eskalasi jika rencana abaikan Palestina. Sementara UE, via Josep Borrell, dukung prinsip Trump tapi tambah “dua negara wajib”—selaras Putin. Mesir dan Qatar, mediator utama, bilang siap fasilitasi dialog Kairo minggu depan, tapi khawatir pelucutan Hamas mandek tanpa jaminan Israel. Di Gaza, warga sipil harap: survei tunjukkan 65 persen dukung gencatan apa pun, tapi 80 persen tuntut negara Palestina.

Tantangannya? Implementasi butuh koordinasi raksasa: AS butuh Arab untuk dana, Rusia untuk tekan Iran dan Hamas, dan Israel untuk tarik pasukan. Putin, dengan hubungan dekat Tehran, bisa jadi jembatan—tapi jika syaratnya tak dipenuhi, Moskow ancam veto resolusi PBB. Di 2025, dengan pemilu Israel dekat, Netanyahu hadapi tekanan domestik tolak pengakuan Palestina. Trump, yang janjikan “kesepakatan abad”, kini hadapi ujian: apakah akomodasi Putin, atau tolak sebagai “campur tangan”? Analis bilang, ini bisa percepat damai—atau picu deadlock baru.

Kesimpulan: Persyaratan Putin Untuk Rencana Damai Gaza yang Dibuat Trump

Persyaratan Putin untuk rencana damai Gaza Trump ringkas tapi tajam: pengakuan negara Palestina dan pembebasan simetris jadi pondasi, bukan opsional. Di 3 Oktober 2025, dukungan Rusia ini beri momentum proposal 20 poin—tapi juga ingatkan: damai Gaza tak boleh jadi pesta Barat saja. Saat Kairo siap mediasi, harap syarat Putin jadi katalisator, bukan penghalang. Bagi Timur Tengah, pesannya jelas—damai butuh keseimbangan, bukan kemenangan sepihak. Trump dan Putin, kolaborasi ini bisa ubah sejarah; Gaza pantas dapat cahaya, bukan bayang-bayang lagi.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *