AS dan Arab Saudi Membuat Latihan Militer Bersama. Pada September 2025, Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi kembali menggelar latihan militer bersama bertajuk “Red Sands,” yang berfokus pada penangkalan ancaman drone di wilayah Timur Tengah. Latihan ini, yang berlangsung di Lapangan Latihan Shamal-2 di timur laut Arab Saudi, menandai langkah terbaru dalam memperkuat kemitraan militer kedua negara. Dengan meningkatnya ancaman keamanan regional, khususnya dari serangan drone dan ketegangan geopolitik, latihan ini menjadi sorotan dunia. Artikel ini akan mengulas hubungan pemerintahan AS dan Arab Saudi, alasan di balik latihan militer bersama, potensi hubungan jangka panjang, serta implikasinya bagi stabilitas regional. BERITA BOLA
Bagaimana Hubungan Pemerintahan AS dan Arab Saudi
Hubungan antara kedua negara ini telah telah terjalin selama puluhan tahun, berpijak pada kepentingan bersama di bidang energi, keamanan, dan stabilitas Timur Tengah. Sejak 1945, ketika Presiden Franklin D. Roosevelt bertemu Raja Abdulaziz di atas kapal USS Quincy, kedua negara menjalin kemitraan strategis yang diperkuat oleh kesepakatan minyak dan dukungan militer. AS menjadi pemasok utama peralatan militer Arab Saudi, termasuk jet tempur F-15 dan sistem pertahanan rudal Patriot, sementara Arab Saudi menyediakan pasokan minyak yang stabil dan posisi strategis untuk menangkal pengaruh Iran.
Meski hubungan ini kuat, ada pula ketegangan. Pada 2018, pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi memicu kritik AS terhadap catatan hak asasi manusia Arab Saudi. Namun, kepentingan geopolitik, seperti menahan ekspansi Iran dan memerangi terorisme, mendorong kedua negara untuk menjaga aliansi. Pada 2025, di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, hubungan ini semakin dipererat melalui kunjungan tingkat tinggi dan kesepakatan senjata baru senilai miliaran dolar, menunjukkan komitmen bersama untuk menghadapi tantangan regional.
Mengapa Mereka Menggelar Latihan Militer Bersama
Latihan militer “Red Sands” pada September 2025 diadakan untuk meningkatkan kemampuan kedua negara dalam menghadapi ancaman drone, yang kian marak di Timur Tengah. Latihan ini melibatkan 20 sistem kontra-drone, termasuk senapan kaliber-12 yang menembakkan peluru “Drone Defeat Rounds” dengan 729 pelet tungsten untuk menghancurkan kawanan drone. Selain itu, pesawat AC-130, helikopter Apache AH-64, serta jet tempur F-15 dan Typhoon milik Arab Saudi turut dilibatkan. Latihan ini berlangsung di bawah pengawasan Komando Pusat AS (CENTCOM) dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Saudi, Jenderal Fayyadh Al-Ruwaili.
Alasan utama latihan ini adalah meningkatnya serangan drone oleh kelompok proksi Iran, seperti Houthi di Yaman, yang menargetkan infrastruktur minyak Arab Saudi dan pangkalan AS di kawasan. Selain itu, latihan ini bertujuan memperkuat interoperabilitas militer kedua negara, dengan fokus pada sistem komando dan kontrol serta pelatihan tembak langsung. Latihan serupa sebelumnya, seperti “Marine Defender 25” pada Juli 2025, juga menekankan keamanan maritim dan operasi anti-ranjau, menunjukkan komitmen bersama untuk menjaga stabilitas Teluk Persia di tengah ancaman regional yang kompleks.
Apakah Artinya Kedua Negara Ini Bisa Menjalin Hubungan Baik Dengan Waktu yang Lama
Latihan militer seperti “Red Sands” menunjukkan bahwa Mereka memiliki dasar kuat untuk menjalin hubungan jangka panjang, meski tantangan tetap ada. Kepentingan bersama dalam melawan ancaman Iran, menjaga stabilitas pasar minyak, dan memerangi terorisme menjadi perekat hubungan ini. Investasi AS dalam pelatihan militer Saudi, termasuk pengoperasian sistem pertahanan rudal THAAD, menegaskan komitmen jangka panjang. Selain itu, kehadiran sekitar 2.700 tentara AS di Arab Saudi untuk pelatihan dan operasi pertahanan udara memperkuat aliansi militer ini.
Namun, hubungan jangka panjang ini tidak bebas dari hambatan. Tekanan domestik di AS terkait isu hak asasi manusia di Arab Saudi, serta persaingan dengan China dan Rusia yang mulai mendekati Riyadh, bisa menggoyahkan aliansi ini. Meski begitu, latihan militer bersama menunjukkan bahwa kedua negara mampu mengesampingkan perbedaan demi kepentingan strategis. Jika AS terus mendukung modernisasi militer Saudi dan Riyadh tetap menjadi mitra setia di kawasan, hubungan ini berpotensi bertahan lama, meskipun harus terus beradaptasi dengan dinamika geopolitik global.
Kesimpulan: AS dan Arab Saudi Membuat Latihan Militer Bersama
Latihan militer “Red Sands” pada September 2025 mencerminkan kekuatan dan komitmen hubungan AS-Arab Saudi dalam menghadapi ancaman keamanan modern, khususnya serangan drone. Kemitraan ini, yang telah terjalin selama puluhan tahun, didorong oleh kepentingan bersama dalam stabilitas regional dan keamanan energi. Meski menghadapi tantangan seperti kritik hak asasi manusia dan persaingan geopolitik, latihan militer ini menunjukkan bahwa kedua negara mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan strategis. Ke depan, keberlanjutan hubungan ini akan bergantung pada kemampuan kedua pihak untuk menavigasi tekanan eksternal dan internal, sembari mempertahankan interoperabilitas militer dan kepercayaan bersama demi stabilitas Timur Tengah.