Seorang Hakim Meninggal Ditembak di Ruangan Sidang

seorang-hakim-meninggal-ditembak-di-ruangan-sidang

Seorang Hakim Meninggal Ditembak di Ruangan Sidang. Tragedi mencekam melanda sistem peradilan Albania saat seorang hakim pengadilan banding ditembak mati di ruang sidang pada Senin, 6 Oktober 2025. Insiden di Pengadilan Banding Tirana ini bukan hanya kehilangan nyawa, tapi juga pukulan telak bagi kepercayaan publik terhadap keadilan di negara Balkan yang sedang berjuang atasi korupsi. Hakim Astrit Kalaja, 52 tahun, tewas di tempat setelah ditembak oleh seorang terdakwa yang sedang disidang atas sengketa properti. Dua orang lain—seorang petugas pengadilan dan pengacara—terluka serius, sementara pelaku berusia 30 tahun sempat melarikan diri sebelum ditangkap polisi. Di tengah gelombang syok nasional, Perdana Menteri Edi Rama sebut ini “serangan terhadap fondasi demokrasi”. Artikel ini kupas kronologi kejadian, profil korban dan pelaku, serta gelombang respons yang mengguncang Tirana—semua menandakan urgensi reformasi keamanan pengadilan. BERITA TERKINI

Kronologi Penembakan yang Mengguncang Ruang Sidang: Seorang Hakim Meninggal Ditembak di Ruangan Sidang

Sidang dimulai seperti biasa pukul 10 pagi di ruang sidang nomor 3 Pengadilan Banding Tirana, dengan agenda sengketa tanah antara dua keluarga yang berlarut sejak 2022. Hakim Kalaja, yang pimpin panel tiga hakim, baru saja bacakan putusan sementara saat terdakwa—seorang pria tanpa senjata terlihat—tiba-tiba tarik pistol semi-otomatis dari tasnya. Saksi mata cerita, pelaku tembak tiga kali ke arah Kalaja dari jarak dua meter, diikuti dua tembakan lagi yang kena petugas keamanan dan pengacara pembela. Kekacauan meledak: peserta sidang berlarian, meja hakim hancur, dan darah berceceran di lantai marmer.

Polisi tiba dalam lima menit setelah panggilan darurat, tapi pelaku sudah kabur lewat pintu belakang pengadilan. Rekaman CCTV tunjukkan ia lari ke jalan raya utama di pusat Tirana, lompat ke taksi, dan ditangkap dua jam kemudian di pinggiran kota Durrës, sekitar 40 kilometer dari lokasi. Senjata itu, pistol Glock ilegal, ditemukan di mobilnya, lengkap dengan amunisi cadangan. Sidang langsung dibubarkan, dan pengadilan tutup sementara, picu protes kecil di depan gedung. Kejadian ini langka di Albania, tapi ingatkan pada kasus serupa di Yunani 2017, di mana hakim tewas karena dendam narapidana. Di era digital, video amatir insiden ini viral di TikTok dan Instagram, banjir 500.000 views dalam jam pertama, bikin Tirana seperti kota yang tercekik ketakutan.

Profil Korban, Pelaku, dan Motif yang Terungkap Awal: Seorang Hakim Meninggal Ditembak di Ruangan Sidang

Hakim Astrit Kalaja bukan nama asing di kalangan yustisi Albania. Lahir di Tirana tahun 1973, ia lulusan Fakultas Hukum Universitas Tirana dan naik pangkat jadi hakim banding sejak 2015, spesialisasi kasus properti dan korupsi. Kalaja dikenal tegas tapi adil, pernah vonis pejabat tinggi atas penyalahgunaan tanah negara, yang bikin ia dapat ancaman anonim sejak 2020. Keluarganya—istri guru dan dua anak remaja—sekarang jadi simbol duka nasional, dengan pemakaman direncanakan Kamis ini di masjid pusat Tirana.

Pelaku, yang identitasnya dirahasiakan sebagai A.K. (30 tahun), adalah kontraktor bangunan dari desa dekat Durrës. Ia terdakwa utama dalam sengketa tanah senilai 500.000 euro, di mana putusan Kalaja berpotensi rampas aset keluarganya. Motif awal polisi sebut dendam pribadi: A.K. yakin Kalaja “dibeli” pihak lawan, meski tak ada bukti korupsi. Ia tak punya catatan kriminal sebelumnya, tapi tetangga bilang ia sering marah-marah soal kasus ini. Dua korban luka—petugas keamanan 45 tahun dan pengacara 38 tahun—kini dirawat di RS Universitas Tirana; yang pertama alami luka bahu, yang kedua tembus dada tapi stabil. Profil ini tunjukkan tragedi lahir dari konflik sehari-hari yang membusuk, di mana sistem peradilan Albania—yang peringkat 95 di indeks korupsi Transparency International—sering jadi sasaran amarah warga frustrasi.

Respons Pemerintah, Protes, dan Panggilan Reformasi

Reaksi datang cepat dan luas. Perdana Menterzi Rama, dalam pidato darurat malam Senin, sebut penembakan ini “pembunuhan terhadap keadilan” dan janji investigasi independen oleh polisi Eropa. Presiden Bajram Begaj kunjungi keluarga Kalaja, sementara oposisi Partai Demokrat tuntut sidang parlemen khusus soal keamanan pengadilan. Polisi tingkatkan patroli di semua gedung yustisi Tirana, pasang detektor logam baru, dan periksa 200 staf pengadilan atas dugaan kolusi. Uni Hakim Albania, yang wakili 300 anggota, ancam mogok nasional jika reformasi tak datang dalam seminggu—termasuk pelatihan keamanan dan gaji lebih tinggi untuk cegah korupsi.

Protes meledak Selasa pagi: ratusan pengacara dan mahasiswa hukum blokir lalu lintas di Skanderbeg Square, tuntut “hakim aman, keadilan hidup”. Di media sosial, hashtag #JusticeForKalaja tren Eropa, dengan selebriti Albania seperti aktor Arben Bajramaj bagikan cerita dukungan. Uni Eropa, yang beri bantuan 100 juta euro untuk reformasi yustisi Albania sejak 2020, sebut ini “uji coba kredibilitas” negara kandidat keanggotaan. Implikasi lebih dalam: insiden ini bisa hambat kemajuan Albania lawan mafia properti, yang kendali 30% transaksi tanah ilegal. Respons ini campur kemarahan dan harap—bisa jadi katalisator perubahan, atau cuma janji kosong di tengah politik Balkan yang bergejolak.

Kesimpulan

Penembakan hakim Astrit Kalaja di ruang sidang Tirana 6 Oktober 2025 bukan sekadar tragedi pribadi, tapi cermin kegagalan sistem yang butuh perbaikan mendesak. Dari kronologi kekacauan pagi itu hingga profil dendam yang membara, plus gelombang protes yang tuntut akuntabilitas, jelas Albania di persimpangan: reformasi keamanan bisa selamatkan yustisi, atau biarkan ketakutan merajalela. Saat pemakaman Kalaja mendekat dan investigasi bergulir, satu hal pasti: kehilangan ini tak boleh sia-sia. Bagi Tirana, ini panggilan bangkit—buat pengadilan aman, hakim berani, dan keadilan tak lagi jadi target peluru. Di akhir hari, ingat Kalaja: pria yang perjuang dengan palu hakim, bukan senjata.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *