China Menangkap Pendeta & Jemaat Gereja Bawah Tanah

china-menangkap-pendeta-jemaat-gereja-bawah-tanah

China Menangkap Pendeta & Jemaat Gereja Bawah Tanah. Penindakan keras China terhadap gereja bawah tanah kembali jadi sorotan dunia setelah penangkapan massal terhadap puluhan pendeta dan staf gereja Zion pada akhir pekan lalu. Pada 10 Oktober 2025, polisi China menangkap pendeta utama Ezra Jin Mingri di rumahnya di Beihai, Guangxi, beserta lebih dari 30 pendeta dan staf lainnya dari jaringan Zion Church—salah satu kelompok Kristen terbesar yang tidak terdaftar di China. Ini bukan insiden terisolasi; aktivis hak asasi manusia sebutnya bagian dari crackdown lebih luas terhadap kebebasan beragama, di mana gereja bawah tanah—yang tak diakui pemerintah—sering jadi target razia. Zion Church, dengan jemaat ribuan di seluruh negeri, dikenal sebagai komunitas nondenominasional yang fokus ibadah sederhana tanpa ikatan politik. Di tengah regulasi ketat China soal agama sejak 2018, penangkapan ini picu kekhawatiran akan gelombang penindasan baru. Apa yang sebenarnya terjadi, dan implikasinya? Dari kronologi razia hingga respons global, mari kita lihat dinamika yang bikin situasi ini kian pelik. BERITA TERKINI

Penangkapan Ezra Jin dan Jaringan Zion: Kronologi Razia Massal: China Menangkap Pendeta & Jemaat Gereja Bawah Tanah

Razzia dimulai Jumat pagi, 10 Oktober 2025, saat polisi mendobrak rumah Ezra Jin di Beihai, Guangxi—provinsi selatan yang jadi pusat aktivitas gereja bawah tanah. Jin, 56 tahun dan pendiri Zion Church sejak 2007, ditahan tanpa dakwaan jelas, diduga atas tuduhan “mengganggu ketertiban umum” yang sering dipakai pemerintah untuk kasus agama. Dalam hitungan jam, polisi razia kantor gereja dan rumah staf di kota-kota seperti Beijing dan Shanghai, tangkap total 30 orang—termasuk pendeta wanita dan pemuda yang baru bergabung.

Zion Church, dengan 10 cabang dan ribuan jemaat, tak pernah daftar resmi ke Kementerian Urusan Agama China, yang wajib untuk gereja legal. Ini bikin mereka rentan: sejak 2023, gereja bawah tanah seperti ini sering tutup paksa, dengan anggota dipaksa pindah ke gereja negara. Keluarga Jin bilang polisi konfiskasi komputer dan Alkitab, tapi tak beri alasan penahanan. Aktivis sebut ini pola lama: razia mendadak tanpa surat perintah, diikuti interogasi panjang. Dampak langsung? Ibadah Minggu dibatalkan, dan jemaat tersebar ketakutan—beberapa lari ke pedesaan untuk hindari pengawasan.

Latar Belakang Crackdown: Regulasi Ketat dan Ketegangan Agama: China Menangkap Pendeta & Jemaat Gereja Bawah Tanah

Penangkapan ini bagian dari kampanye lebih luas pemerintah China untuk kendalikan agama sejak Undang-Undang Agama 2018, yang tuntut semua kelompok daftar dan ikut “Sinicisasi”—adaptasi ajaran sesuai nilai Partai Komunis. Gereja bawah tanah seperti Zion tolak ini, pilih ibadah rahasia untuk hindari sensor. Sejak 2020, razia naik 50 persen, dengan 10.000 gereja tutup dan ribuan pendeta ditahan. China, dengan 100 juta Kristen—mayoritas bawah tanah—lihat agama sebagai ancaman ideologi, terutama saat jemaat tolak propaganda negara.

Di Guangxi, provinsi dengan minoritas etnis Zhuang, gereja Zion populer karena bantu komunitas miskin—tapi pemerintah tuduhnya “pengaruh asing” karena hubungan dengan jaringan Kristen AS. Ini selaras tren nasional: razia serupa di Henan dan Zhejiang tahun lalu tangkap 50 pendeta. Aktivis bilang crackdown ini dorong Xi Jinping untuk kuasai narasi, di mana Kristen dianggap “opium rakyat” versi modern. Tanpa regulasi longgar, gereja bawah tanah tetap jadi target—penangkapan Jin jadi simbol perlawanan yang ditekan.

Respons Internasional dan Kekhawatiran Dampak Jangka Panjang

Dunia langsung bereaksi: AS, via Senator Marco Rubio, tuntut sanksi terhadap pejabat China yang tangani razia, sebut ini “penindasan agama sistematis”. PBB, lewat laporan hak asasi 2024, sebut China langgar Konvensi Agama Internasional, dengan 1.000 kasus penahanan Kristen tahun ini. Gereja Zion dapat dukungan dari jaringan global seperti Open Doors, yang catat China nomor 16 daftar negara paling berbahaya buat Kristen.

Dampak jangka panjang pelik: jemaat Zion kini rahasia total, ibadah via Zoom tapi risiko hack naik. Ekonomi gereja lumpuh—donasi lokal turun 40 persen karena takut. Di China, crackdown ini bisa picu migrasi Kristen ke luar negeri, naik 20 persen sejak 2023. Respons AS tambah tekanan: sanksi terhadap perusahaan China yang dukung razia, meski Beijing balas dengan tuduhan “campur urusan dalam negeri”. Kekhawatiran utama: tanpa tekanan global, penindasan bisa eskalasi ke kelompok agama lain seperti Uighur Muslim.

Kesimpulan

Penangkapan pendeta Ezra Jin dan jemaat Zion Church adalah pukulan telak bagi kebebasan beragama di China, bagian dari crackdown sistematis yang tak kenal ampun. Dari razia mendadak di Guangxi hingga regulasi ketat Xi Jinping, semuanya tunjukkan pola penindasan yang picu kekhawatiran global. Respons AS dan PBB beri harapan, tapi tanpa aksi tegas, gereja bawah tanah bakal makin terpinggirkan. Di negeri 100 juta Kristen, ini bukan cuma soal satu razia—ia perjuangan identitas di tengah kontrol negara. Saat investigasi lanjut, dunia tunggu: apakah tekanan internasional ubah Beijing, atau penindasan jadi norma baru? Satu hal pasti, suara Zion tak akan diam begitu saja.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *