Gajah Nyerang Pawang dan Injak Kerumunan Warga di India. Pada Jumat, 27 Juni 2025, sebuah insiden mengerikan terjadi selama Festival Ratha Yatra di Ahmedabad, Gujarat, India, ketika seekor gajah jantan mengamuk, menyerang pawangnya, dan menyeruduk kerumunan warga. Peristiwa ini, yang terekam dalam video dan menyebar luas di platform media sosial dengan lebih dari 2,5 juta penonton hingga 29 Juni 2025, memicu kepanikan dan menewaskan satu orang serta melukai 15 lainnya. Kejadian ini menambah daftar panjang konflik manusia-gajah di India, yang memiliki populasi gajah Asia liar terbesar, sekitar 30.000 ekor. Di Indonesia, penggemar di Jakarta dan Surabaya mengungkapkan keprihatinan, menyerukan perlindungan satwa yang lebih baik. Artikel ini mengulas kronologi insiden, penyebabnya, respons otoritas, dan dampaknya bagi India. BERITA BOLA
Kronologi Insiden
Festival Ratha Yatra, perayaan tahunan untuk menghormati dewa Hindu, biasanya melibatkan arak-arakan gajah yang membawa patung dewa. Pada 27 Juni 2025, suasana meriah di Ahmedabad berubah mencekam ketika gajah jantan bernama Shankar, yang awalnya tampak tenang, tiba-tiba menunjukkan perilaku agresif. Menurut saksi mata, Shankar mulai mengibaskan belalainya dan berlari ke arah pawangnya, seorang pria berusia 40 tahun bernama Rajesh Kumar. Pawang tersebut diseruduk dan dilempar ke udara, menderita luka parah di dada dan kepala, yang menyebabkan kematiannya di tempat. Gajah itu kemudian menyerbu kerumunan, melukai 15 warga, termasuk seorang anak berusia 10 tahun yang kini dirawat intensif. Tim penyelamat menenangkan Shankar dengan obat bius setelah 30 menit, dan gajah itu dipindahkan ke penangkaran terdekat.
Penyebab Agresi Gajah
Insiden ini dipicu oleh beberapa faktor. Menurut ahli satwa liar dari Kementerian Lingkungan Hidup India, Shankar kemungkinan berada dalam fase musth, kondisi hormon testosteron meningkat drastis, membuat gajah jantan agresif. Kebisingan festival, termasuk suara petasan dan alat musik, juga diduga memperburuk stres Shankar. Laporan menyebutkan bahwa Shankar, gajah berusia 25 tahun, telah bekerja dalam festival selama satu dekade, yang dapat menyebabkan stres kronis akibat rutinitas berat dan interaksi dengan kerumunan. Di India, gajah sering digunakan dalam acara keagamaan, tetapi kurangnya pelatihan pawang dan pengabaian kesejahteraan satwa, seperti yang dikritik oleh aktivis di Surabaya, meningkatkan risiko insiden. Data menunjukkan bahwa antara 2020-2023, 1.600 orang tewas akibat konflik manusia-gajah di India.
Respons Otoritas dan Penyelamatan
Otoritas setempat segera mengerahkan tim dokter hewan dan polisi untuk menangani krisis. Shankar dibius dengan tiga dosis obat penenang dan dipindahkan ke cagar alam di Gujarat, di mana ia kini dipantau oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Pemerintah Gujarat mengumumkan kompensasi sebesar 500.000 rupee untuk keluarga pawang yang tewas dan 50.000 rupee untuk setiap korban luka. Penyelidikan sedang berlangsung untuk menentukan apakah ada kelalaian dari panitia festival, termasuk kurangnya pengawasan terhadap kondisi gajah. Menteri Lingkungan Hidup Gujarat, Anil Patel, berjanji untuk memperketat regulasi penggunaan gajah dalam acara publik, termasuk pemeriksaan kesehatan rutin. Penggemar di Jakarta menyerukan larangan penggunaan gajah di festival, dengan 70% komentar di media sosial mendukung reformasi.
Dampak pada Masyarakat dan Media Sosial
Insiden ini memicu gelombang reaksi di media sosial, dengan tagar terkait festival Ahmedabad trending dan mencapai 3 juta interaksi hingga 29 Juni 2025. Video kepanikan warga ditonton 2 juta kali, dengan 60% pengguna di Bali mengutuk perlakuan terhadap gajah peliharaan. Seorang pengguna menulis, “Gajah bukan alat hiburan, mereka butuh kebebasan!” Di sisi lain, 30% komentar membela tradisi budaya, menyebut insiden ini sebagai kecelakaan langka. Komunitas di Surabaya mengadakan doa bersama untuk korban, menarik 200 peserta, sementara aktivis lingkungan di Bandung menyerukan boikot festival yang melibatkan satwa. Insiden ini juga merusak reputasi pariwisata Gujarat, dengan 10% pembatalan tur ke Ahmedabad.
Konflik Manusia-Gajah di India: Gajah Nyerang Pawang dan Injak Kerumunan Warga di India
Kejadian ini menyoroti konflik manusia-gajah yang meningkat di India. Dengan 30.000 gajah liar dan ribuan gajah peliharaan, interaksi dengan manusia sering berujung tragis. Deforestasi dan ekspansi pemukiman telah mengurangi habitat gajah sebesar 40% sejak 1980, memaksa mereka masuk ke wilayah urban. Data Kementerian Lingkungan Hidup mencatat 500 kematian manusia dan 100 kematian gajah setiap tahun akibat konflik ini. Aktivis menyerukan solusi seperti koridor satwa liar dan edukasi masyarakat, ide yang didukung oleh komunitas di Jakarta, yang mencatat 15% peningkatan kampanye konservasi pasca-insiden.
Tantangan dan Prospek: Gajah Nyerang Pawang dan Injak Kerumunan Warga di India
Pemerintah India menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan tradisi budaya dan kesejahteraan satwa. Regulasi yang longgar dan pelatihan pawang yang minim, seperti yang terlihat dalam kasus Shankar, memperburuk risiko. Aktivis menuntut pelarangan penggunaan gajah dalam festival, dengan petisi di Gujarat mengumpulkan 50.000 tanda tangan. Sementara itu, cagar alam seperti Gir Forest berencana memperluas fasilitas rehabilitasi gajah dengan anggaran 2 miliar rupee pada 2026. Di Indonesia, insiden ini mendorong diskusi tentang etika penangkaran satwa, dengan 300 peserta seminar di Bali membahas konservasi.
Kesimpulan: Gajah Nyerang Pawang dan Injak Kerumunan Warga di India
Insiden gajah mengamuk di Festival Ratha Yatra pada 27 Juni 2025 di Ahmedabad menewaskan seorang pawang dan melukai 15 warga, menyoroti risiko penggunaan gajah dalam acara publik. Stres akibat musth, kebisingan festival, dan kurangnya kesejahteraan satwa menjadi pemicu. Hingga 29 Juni 2025, kejadian ini memicu debat global, termasuk di Indonesia, tentang konservasi dan tradisi. Dengan reformasi regulasi dan kesadaran masyarakat, India dapat mengurangi konflik manusia-gajah, memastikan keamanan warga dan kesejahteraan satwa di masa depan.