Israel Mengajak Pindah Komunitas Yahudi India ke Dekat Lebanon. Pada 23 November 2025, serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut menewaskan Haytham Ali Tabatabai, kepala staf militer de facto kelompok Hizbullah Lebanon. Ini menjadi pukulan terberat bagi organisasi yang didukung Iran sejak gencatan senjata November 2024, yang seharusnya mengakhiri lebih dari setahun pertempuran sengit. Tabatabai, yang lahir pada 1968 dari ayah Iran dan ibu Lebanon, dianggap komandan senior kedua setelah sekretaris jenderal, memimpin divisi operasi dan membangun kembali unit tempur untuk menghadapi Israel. Iran langsung mengutuk pembunuhan ini sebagai pelanggaran kedaulatan Lebanon dan ancaman bagi stabilitas regional, dengan Kementerian Luar Negeri menyatakan akan membalas. Hizbullah menyebutnya “komandan jihad besar” dan memperingatkan eskalasi, sementara Israel membela serangan sebagai langkah pencegahan rekonstruksi militer lawan. Kejadian ini memanaskan ketegangan di Timur Tengah, di mana gencatan senjata rapuh menghadapi risiko perang baru. BERITA BASKET
Kronologi Serangan dan Identitas Korban: Israel Mengajak Pindah Komunitas Yahudi India ke Dekat Lebanon
Serangan terjadi pada Minggu malam, ketika pesawat tempur Israel menargetkan sebuah apartemen di kawasan Dahiya, pinggiran selatan Beirut yang menjadi basis kuat Hizbullah. Ledakan menghancurkan bangunan, menewaskan Tabatabai yang sedang berada di dalam, tanpa korban sipil lain dilaporkan. Militer Israel menyatakan Tabatabai bertanggung jawab atas sebagian besar unit Hizbullah dan aktif membangun kesiapan perang, termasuk koordinasi dengan mitra di Suriah. Korban ini bergabung dengan kelompok sejak 1980-an, naik pangkat melalui pasukan elit Radwan dan pengalaman tempur di Suriah serta Yaman. Amerika telah memberi sanksi padanya sejak 2016, menawarkan hadiah hingga lima juta dolar atas informasinya. Hizbullah mengonfirmasi kematiannya dalam pernyataan duka, memuji dedikasinya melawan “musuh Israel” hingga detik terakhir. Ini adalah serangan pertama di Beirut sejak gencatan senjata, melanggar zona aman sementara dan memicu evakuasi darurat di kawasan tersebut.
Respons Iran dan Ancaman Balasan: Israel Mengajak Pindah Komunitas Yahudi India ke Dekat Lebanon
Iran, sebagai pendukung utama Hizbullah, bereaksi cepat dengan kecaman keras pada 24 November. Kementerian Luar Negeri menyebut pembunuhan Tabatabai sebagai “pembunuhan pengecut” yang melanggar gencatan senjata dan kedaulatan Lebanon, menjanjikan respons tegas untuk membela sekutu. Pernyataan ini datang di tengah pukulan Iran dari serangan Israel dan Amerika terhadap fasilitas nuklirnya tahun ini, menunjukkan tekad Teheran untuk tidak terlihat lemah. Analis melihat ancaman ini sebagai sinyal potensi serangan proksi melalui Hizbullah atau milisi lain di Irak dan Suriah, meski Iran lebih memilih menghindari konfrontasi langsung. Sejarah menunjukkan balasan Iran sering kali bertahap, seperti serangan rudal tahun lalu, tapi konteks gencatan senjata membuat situasi lebih rumit. Pemimpin tertinggi Iran menekankan solidaritas dengan “perlawanan Islam,” memperingatkan Israel atas konsekuensi yang lebih luas.
Reaksi Hizbullah dan Dampak Regional
Pejabat senior Hizbullah seperti Mahmoud Qmati menyebut serangan ini melewati “garis merah,” membuka pintu eskalasi di seluruh Lebanon. Kelompok itu sedang mempertimbangkan respons, termasuk tembakan roket atau drone ke pos Israel di utara, meski belum ada aksi langsung. Kematian Tabatabai mengganggu upaya rekonstruksi Hizbullah pasca-perang 2023-2024, di mana Israel telah membunuh sebagian besar pemimpin senior. Pemerintah Lebanon, di bawah Presiden Joseph Aoun, mendesak intervensi internasional untuk menghentikan serangan Israel, sementara militer Lebanon mengamankan kawasan tanpa konfrontasi. Secara regional, ini memengaruhi stabilitas: Israel meningkatkan kewaspadaan di perbatasan utara, melakukan latihan mendadak, sementara Amerika mendukung hak Israel untuk bertahan diri tapi mendorong Lebanon membongkar senjata Hizbullah. Kunjungan Paus ke Lebanon minggu depan kini terancam, dengan harapan damai yang pudar di tengah ketakutan warga Beirut akan perang baru.
Kesimpulan
Pembunuhan Haytham Ali Tabatabai oleh Israel pada 23 November 2025 memperburuk ketegangan di Lebanon dan Timur Tengah, dengan ancaman balasan Iran yang bisa memicu eskalasi lebih luas. Meski gencatan senjata November 2024 dimaksudkan untuk perdamaian, serangan ini menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan tersebut, di mana rekonstruksi Hizbullah bertabrakan dengan keamanan Israel. Ke depan, diplomasi darurat dari Amerika dan sekutu Arab diperlukan untuk mencegah spiral kekerasan, memastikan Lebanon tidak kembali ke zona perang. Bagi kawasan, ini pengingat bahwa perdamaian sejati memerlukan komitmen bersama, bukan serangan balasan, agar korban tak lagi bertambah di tengah mimpi damai yang tertunda.