Korban Kebakaran Terra Drone Sempat Merayap di Gedung. Tragedi kebakaran di Gedung Terra Drone, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa, 9 Desember 2025, meninggalkan kisah pilu yang sulit dilupakan. Api yang melahap bangunan tujuh lantai itu merenggut 22 nyawa, mayoritas karyawan perempuan di lantai tiga dan empat, akibat sesak napas dari asap tebal. Penyebab diduga korsleting listrik di lantai satu yang memicu ledakan baterai litium, menyebar cepat ke atas dan blokir jalur evakuasi. Di tengah duka, kesaksian korban selamat ungkap momen mengerikan: karyawan terpaksa merayap di lantai untuk cari udara segar, sambil berjuang hindari kobaran api dan asap kimia yang pekat. Hingga Rabu pagi, 10 Desember, identifikasi jenazah di RS Polri Kramat Jati capai tiga nama, sementara 76 orang terdampak keseluruhan. Insiden ini soroti celah keselamatan kerja di gedung komersial, di mana tangga sempit dan pintu darurat terkunci jadi penghalang utama. INFO SLOT
Kesaksian Pilu Korban yang Merayap: Korban Kebakaran Terra Drone Sempat Merayap di Gedung
Hansel (31), salah satu karyawan yang selamat dari lantai enam, ceritakan momen teror saat asap mulai merayap dari tangga darurat. “Asap pekat naik pelan-pelan, bikin napas sesak. Kami coba turun, tapi tak bisa—langsung balik naik,” ujarnya di lokasi, wajahnya masih pucat. Ia dan rekan terpaksa merayap di lantai, tutup hidung dengan baju basah, sambil pindah ruangan cari celah udara. Di lantai bawah, kondisi lebih parah: karyawan di lantai tiga ceritakan api sudah menyambar meja kerja, memaksa mereka merayap ke sudut sambil kirim pesan terakhir ke keluarga. Korban seperti Ervina (25) sempat rekam voice note: “Gua udah nggak bisa napas, maaf ya,” sebelum ponsel mati. Kesaksian ini viral, tunjukkan kepanikan saat api naik cepat dari basement penyimpanan baterai, blokir akses ke rooftop. Banyak korban ditemukan dalam posisi merayap, tangan pegang dinding, bukti upaya putus asa cari jalan keluar.
Kronologi Kebakaran yang Cepat Meluas: Korban Kebakaran Terra Drone Sempat Merayap di Gedung
Api pertama terdeteksi pukul 12.43 WIB di lantai satu, saat karyawan jam makan siang. Ledakan baterai litium picu kobaran yang naik ke lantai dua dalam hitungan menit, disusul asap kimia yang tebal dari material drone. Petugas Damkar tiba 15 menit kemudian, tapi status merah—potensi meluas—paksa 40 personel kerahkan 10 unit mobil. Evakuasi sulit: tangga darurat sempit cuma muat satu orang, pintu terkunci, dan asap blokir visibilitas. Hingga pukul 17.00 WIB, korban jiwa capai 22—15 perempuan, 7 laki-laki—ditemukan di lantai tiga dan empat, mayoritas sesak napas. Polisi sita sampel kabel untuk Labfor, konfirmasi penyebab korsleting overload. Gubernur DKI Pramono Anung inspeksi lokasi, janji tanggung biaya pemakaman dan pengobatan luka.
Respons Pemerintah dan Kritik Keselamatan
Pemerintah langsung gerak: 22 kantong jenazah dievakuasi ke RS Polri untuk identifikasi via sidik jari dan gigi, dengan tiga nama pertama diserahkan Rabu pagi: Rufaidha Lathiifunnisa (22), Novia Nurwana (28), dan Yoga Valdier Yaseer (28). Kemensos koordinasi santunan duka Rp50 juta per keluarga, sementara Dinas Kesehatan siapkan konseling trauma. Pramono tegas: “Kami tanggung penuh, mudah-mudahan tak terulang.” Kritik muncul soal safety: gedung tak punya sprinkler memadai, pintu darurat terkunci, dan audit keselamatan lewat. LSM buruh tuntut investigasi mendalam, karena korban banyak karyawan junior. Polri bentuk tim olah TKP, rencana periksa manajemen gedung atas dugaan kelalaian.
Kesimpulan
Kisah korban kebakaran Terra Drone yang merayap di gedung jadi simbol keputusasaan di tengah tragedi 22 nyawa hilang, di mana asap pekat dan jalur evakuasi sempit blokir harapan. Dari kronologi ledakan baterai hingga kesaksian Hansel, insiden ini tuntut perbaikan keselamatan kerja segera—dari sprinkler hingga audit rutin. Respons pemerintah beri kenyamanan bagi keluarga, tapi kritik kelalaian harus jadi pelajaran. Di Jakarta yang padat, tragedi seperti ini tak boleh terulang; prioritas keselamatan selamatkan nyawa masa depan. Doa untuk korban, semangat untuk selamat—semoga duka ini lahirkan perubahan nyata.