Maskapai Jetstar Pergi dari Indonesia

maskapai-jetstar-pergi-dari-indonesia

 

Maskapai Jetstar Pergi dari Indonesia. Setelah lebih dari dua dekade melayani penumpang di Asia Tenggara, Jetstar Asia resmi mengumumkan penghentian operasionalnya di Indonesia per 31 Juli 2025. Keputusan ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena maskapai berbiaya rendah ini dikenal dengan tarif terjangkau dan layanan yang cukup andal. Penutupan ini berdampak pada sejumlah rute populer, termasuk penerbangan dari Singapura ke Jakarta, Medan, Surabaya, dan Denpasar. Apa alasan di balik kepergian Jetstar, dan bagaimana tanggapan masyarakat Indonesia terhadap kabar ini? BERITA LAINNYA

Apa Itu Jetstar?
Jetstar Asia adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah yang berbasis di Singapura, anak usaha Qantas Group dari Australia. Diluncurkan pada 2004, maskapai ini berfokus pada rute-rute regional di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Di Indonesia, Jetstar melayani penerbangan dari Singapura ke sejumlah destinasi populer seperti Jakarta, Bali, Surabaya, Medan, dan Labuan Bajo. Mengoperasikan 13 pesawat Airbus A320, Jetstar Asia mengangkut sekitar 2,3 juta penumpang pada 2024, menyumbang tiga persen dari total lalu lintas Bandara Changi. Maskapai ini dikenal dengan tarif murah, layanan ramah, dan ketepatan waktu, menjadikannya pilihan favorit bagi pelancong dengan anggaran terbatas.

Kenapa Jetstar Tidak Ingin di Indonesia Lagi?
Penutupan operasional Jetstar Asia di Indonesia dan wilayah lainnya dipicu oleh tantangan finansial yang berat. Maskapai ini hanya mencatatkan keuntungan selama enam tahun dari dua dekade beroperasi, dengan kerugian diperkirakan mencapai 35 juta dolar Australia (sekitar Rp369 miliar) pada 2025. Biaya operasional yang melonjak, seperti bahan bakar, tarif bandara, dan biaya penanganan darat, menjadi beban utama. Selain itu, persaingan ketat dari maskapai seperti AirAsia, Scoot, dan Citilink di pasar Asia Tenggara membuat Jetstar sulit mempertahankan daya saing. Pemindahan operasional ke Terminal 4 Bandara Changi, yang tidak terhubung dengan kereta antar-terminal, juga berdampak pada bisnis. Qantas Group memutuskan untuk fokus pada operasi Jetstar Airways di Australia dan Selandia Baru, dengan 13 pesawat Jetstar Asia dialihkan untuk mendukung rute domestik dan pertambangan di Australia.

Tanggapan Masyarakat Terhadap Jetstar
Keputusan Jetstar Asia menutup operasionalnya memicu reaksi beragam dari masyarakat Indonesia. Banyak pelancong menyayangkan kepergian maskapai ini, terutama karena tarifnya yang terjangkau memungkinkan perjalanan ke destinasi seperti Singapura dan Bali dengan biaya rendah. Di media sosial, beberapa pengguna mengenang pengalaman menyenangkan dengan awak kabin yang ramah dan jadwal penerbangan yang tepat waktu. Namun, ada pula yang mengeluhkan kurangnya komunikasi awal dari Jetstar terkait penutupan, meski maskapai menjanjikan pengembalian dana penuh atau opsi penerbangan alternatif melalui Qantas Group. Masyarakat juga berharap maskapai lain seperti Citilink atau AirAsia dapat mengisi kekosongan rute, meski beberapa khawatir tarif akan lebih mahal. Secara keseluruhan, Jetstar Asia meninggalkan kesan positif sebagai maskapai yang ramah anggaran.

Kesimpulan: Maskapai Jetstar Pergi dari Indonesia
Kepergian Jetstar Asia dari Indonesia menandai akhir dari era penerbangan murah yang telah memudahkan jutaan pelancong selama 20 tahun. Tingginya biaya operasional dan persaingan sengit menjadi alasan utama penutupan, meski Qantas Group berupaya meminimalkan dampak dengan kompensasi bagi penumpang dan karyawan. Masyarakat Indonesia kini beralih ke maskapai lain, dengan harapan layanan serupa tetap terjangkau. Kepergian Jetstar menggarisbawahi tantangan bisnis penerbangan berbiaya rendah di tengah dinamika ekonomi global.

BACA SELENGKAPNYA DI..

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *