Oknum TNI Menembak Mati Wagra Jayapura. Kota Jayapura, Papua, diguncang insiden tragis pada 2 September 2025, ketika seorang oknum anggota TNI dari Batalyon Infanteri 751/Vira Jaya Sakti menembak mati seorang warga sipil di kawasan Waena, Distrik Heram. Peristiwa ini memicu kemarahan warga setempat dan menambah ketegangan di wilayah yang sudah sensitif. Insiden tersebut menjadi sorotan karena melibatkan oknum aparat keamanan dan menimbulkan pertanyaan tentang penegakan hukum serta hubungan TNI dengan masyarakat. Siapa korban dari kejadian ini? Mengapa oknum TNI melakukan penembakan? Dan apakah pelaku sudah ditangkap? Berikut ulasan lengkap berdasarkan fakta terkini. BERITA BOLA
Siapa Nama Korban Tersebut
Korban dalam insiden ini adalah Yosua Gwijangge, seorang warga sipil berusia 27 tahun yang berdomisili di Kampung Harapan, Waena, Jayapura. Yosua dikenal sebagai pekerja serabutan yang biasa berjualan di pasar tradisional setempat. Ia adalah ayah dari dua anak dan dikenal sebagai sosok yang ramah di komunitasnya. Menurut keluarga, Yosua tidak memiliki riwayat keterlibatan dalam aktivitas kriminal atau konflik dengan aparat. Kematiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan warga sekitar, yang menggambarkannya sebagai orang yang selalu membantu tetangga. Peristiwa ini juga memicu aksi protes dari warga Kampung Harapan, yang menuntut keadilan atas kematian Yosua.
Kenapa Oknum TNI Menembak Mati Warga Tersebut
Penembakan terjadi sekitar pukul 19.30 WIT di Jalan Raya Waena, dekat pertigaan menuju Kampung Harapan. Berdasarkan keterangan awal dari Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Izak Pangemanan, insiden ini berawal dari kesalahpahaman antara oknum TNI berinisial Sertu YW dan Yosua Gwijangge. Sertu YW, yang sedang tidak bertugas, diduga terlibat adu mulut dengan Yosua setelah keduanya berselisih di jalan. Konflik ini dipicu oleh senggolan motor yang dikendarai Yosua dengan kendaraan yang digunakan Sertu YW. Situasi memanas ketika YW, yang membawa senjata api, menembakkan beberapa peluru ke arah Yosua, menyebabkan luka tembak di dada dan kepala yang berakibat fatal. Pihak TNI menyebut bahwa oknum tersebut bertindak di luar prosedur karena menggunakan senjata dinas secara tidak sah. Insiden ini terjadi di tengah ketegangan di Jayapura, di mana isu keamanan dan hubungan masyarakat dengan aparat sering menjadi pemicu konflik.
Apakah Oknum TNI Tersebut Sudah Ditangkap
Ya, oknum TNI berinisial Sertu YW telah ditangkap dan ditahan oleh Denpom XVII/1 Jayapura sejak malam kejadian, 2 September 2025. Penahanan dilakukan setelah laporan warga dan penyelidikan cepat oleh Polisi Militer Kodam XVII/Cenderawasih. Sertu YW kini menghadapi proses hukum militer berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM), dengan dugaan pelanggaran Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan menyebabkan kematian, yang bisa dihukum hingga 7 tahun penjara, serta pelanggaran disiplin militer karena penyalahgunaan senjata dinas. Pangdam XVII/Cenderawasih menyatakan bahwa pelaku akan diproses secara transparan, dan pihaknya telah meminta maaf kepada keluarga korban serta masyarakat. Selain itu, Kodam juga membentuk tim investigasi untuk memastikan tidak ada pelanggaran lain yang terkait dengan insiden ini. Hingga 4 September 2025, proses hukum masih berlangsung, dengan pemeriksaan saksi dan barang bukti, termasuk senjata api yang digunakan.
Kesimpulan: Oknum TNI Menembak Mati Wagra Jayapura
Insiden penembakan yang menewaskan Yosua Gwijangge oleh oknum TNI di Jayapura pada 2 September 2025 menjadi pengingat akan pentingnya disiplin aparat keamanan dan hubungan harmonis dengan masyarakat. Yosua, seorang warga sipil biasa, menjadi korban dari tindakan impulsif oknum TNI yang dipicu oleh kesalahpahaman sederhana. Penahanan Sertu YW dan proses hukum yang berjalan menunjukkan komitmen TNI untuk menegakkan keadilan, meski langkah ini belum sepenuhnya meredam kemarahan warga. Kejadian ini menyoroti perlunya pelatihan pengendalian emosi dan penggunaan senjata bagi aparat, serta dialog berkelanjutan dengan masyarakat untuk mencegah konflik serupa. Dengan penanganan yang transparan dan tindakan preventif, diharapkan insiden seperti ini tidak terulang, dan kepercayaan masyarakat terhadap TNI di Papua dapat dipulihkan.