Putra Mahkota Saudi Jadwalkan Bertemu Dengan Trump

putra-mahkota-saudi-jadwalkan-bertemu-dengan-trump

Putra Mahkota Saudi Jadwalkan Bertemu Dengan Trump. Pagi 22 Oktober 2025, dunia Timur Tengah kembali jadi sorotan saat Putra Mahkota Saudi Arabia Mohammed bin Salman (MBS) resmi jadwalkan pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada 18 November mendatang. Pengumuman ini datang dari sumber diplomatik Arab, di tengah dorongan Trump untuk percepat normalisasi hubungan Israel-Saudi—sebuah kesepakatan yang bisa ubah peta geopolitik kawasan. MBS, yang sejak 2017 pimpin Saudi sebagai de facto ruler, akan tiba di Washington untuk diskusi yang dirahasiakan sebagian, tapi jelas libatkan isu keamanan, energi, dan perdagangan. Ini pertemuan pertama keduanya sejak Trump kembali ke Gedung Putih Januari lalu, dan datang pasca-kunjungan MBS ke Beijing akhir September yang perkuat ikatan ekonomi dengan China. Di saat harga minyak Brent stabil di 75 dollar per barel, pertemuan ini bukan cuma soal jabat tangan; ia potensi katalisator perdamaian Abraham Accords yang mandek sejak 2020. Bagi Saudi, ini peluang tekan jaminan pertahanan AS; bagi Trump, kesempatan pamer diplomasi sukses jelang midterm 2026. REVIEW FILM

Latar Belakang Pertemuan: Dari Kunjungan Trump 2017 ke Dinamika Saat Ini: Putra Mahkota Saudi Jadwalkan Bertemu Dengan Trump

Hubungan MBS dan Trump sudah panas sejak awal—pada 2017, Trump kunjungi Riyadh pertama kali sebagai presiden, tanda dukung kuat untuk reformasi Vision 2030 MBS. Saat itu, kesepakatan senilai 110 miliar dollar untuk senjata AS jadi simbol aliansi, meski kontroversi pembunuhan Jamal Khashoggi 2018 sempat retakkan itu. Trump, yang sebut MBS “teman baik”, tolak tuduhan AS soal keterlibatan Riyadh di kasus itu, dan kini, dengan kembalinya ke kekuasaan, ia dorong normalisasi Saudi-Israel sebagai “hadiah terbesar” untuk Timur Tengah. Latar belakangnya: Abraham Accords 2020 normalisasi Israel dengan UEA, Bahrain, Sudan, Maroko—tapi Saudi, sebagai pemimpin Sunni, ragu tanpa jaminan Palestina. Insiden 7 Oktober 2023 yang picu perang Gaza bikin proses mandek, tapi Trump klaim “saya bisa selesaikan dalam 100 hari”. Pengumuman pertemuan ini datang setelah MBS tolak undangan ke PBB September lalu, pilih Beijing untuk deal minyak 50 miliar dollar dengan China. Bagi Riyadh, ini keseimbangan: dekat AS untuk keamanan, tapi diversifikasi dari ketergantungan minyak ke investasi hijau.

Agenda Utama: Normalisasi Israel, Pertahanan, dan Ekonomi: Putra Mahkota Saudi Jadwalkan Bertemu Dengan Trump

Agenda pertemuan fokus tiga pilar: normalisasi Israel-Saudi, perjanjian pertahanan, dan kerjasama ekonomi. Pertama, normalisasi: Trump dorong MBS ikut Abraham Accords, tawarkan jaminan keamanan seperti Qatar yang dapat perjanjian pertahanan 2022. Saudi tuntut roadmap Palestina—bentuk negara dalam 5 tahun—sebelum buka hubungan penuh dengan Israel. Kedua, pertahanan: Riyadh cari kesepakatan seperti Doha, termasuk akses basis AS dan senjata canggih senilai 20 miliar dollar, tukar dukung kebijakan Trump soal Iran. Ketiga, ekonomi: Saudi tawarkan investasi 100 miliar dollar ke proyek AS seperti infrastruktur Trump, sementara AS bantu transfer teknologi untuk NEOM—kota masa depan MBS senilai 500 miliar dollar. Sumber diplomatik bilang, MBS bawa proposal “paket lengkap”: normalisasi tukar jaminan nuklir sipil dan dukung Houthi Yemen. Trump, yang janji “deal abad ini” saat kampanye, lihat ini sebagai kemenangan: normalisasi bisa tekan Iran dan stabilkan minyak. Tapi tantangan: Netanyahu Israel tolak konsesi Palestina, sementara Kongres AS ragu soal senjata ke Saudi pasca-Khashoggi.

Implikasi Regional dan Global: Potensi Damai atau Eskalasi Baru

Pertemuan ini bisa ubah dinamika Timur Tengah: normalisasi Saudi-Israel kuatkan blok Sunni lawan Iran, kurangi pengaruh Teheran di Gaza dan Lebanon. Bagi Palestina, ini pukulan—mereka tuntut hak negara sebelum kesepakatan baru. Secara global, stabilkan harga minyak: OPEC+ Saudi bisa naikkan produksi 1 juta barel per hari jika deal tercapai, tekan inflasi AS. Tapi risiko eskalasi: jika gagal, Saudi bisa dekat China lebih dalam—Beijing sudah beli 20 persen minyak Riyadh, dan Xi Jinping kunjungi Riyadh 2022 untuk deal 50 miliar dollar. Bagi AS, Trump manfaatkan untuk kampanye: “Saya yang bawa damai, bukan Biden.” Di kawasan, UEA dan Bahrain dukung, tapi Turki dan Qatar ragu soal Palestina. Implikasi lingkungan: Saudi janji net-zero 2060, tapi deal AS bisa percepat transfer tech hijau. Analis bilang, pertemuan 18 November ini titik balik—sukses, Abraham Accords ekspansi; gagal, ketegangan Iran-Israel memanas lagi.

Kesimpulan

Jadwal pertemuan MBS dan Trump di Gedung Putih 18 November adalah langkah berani yang bisa picu normalisasi Saudi-Israel, perkuat pertahanan, dan dorong ekonomi bilateral—dari latar 2017 hingga agenda saat ini. Di tengah tekanan Gaza dan rivalitas China, ini peluang damai tapi juga ujian. Bagi Trump, sukses ini pameran diplomasi; bagi MBS, jaminan Vision 2030. Timur Tengah pantau: satu kesepakatan bisa redam konflik, satu kegagalan bisa nyalakan api baru. Dunia harap November ini bawa angin segar—karena di geopolitik, jabat tangan bisa lebih berharga dari minyak.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *