Trump Kesal Usai Fotonya Jelek di Majalah TIME

trump-kesal-usai-fotonya-jelek-di-majalah-time

Trump Kesal Usai Fotonya Jelek di Majalah TIME. Pada Selasa malam, 14 Oktober 2025, Presiden Donald Trump meledak di Truth Social soal cover majalah edisi November yang menampilkan fotonya, sebut itu “foto terburuk sepanjang masa”. Gambar itu, yang ambil sudut rendah dan buat rambutnya tampak tipis serta lehernya tebal, jadi sasaran kemarahannya meski artikel di dalamnya puji “kemenangan” Trump di Timur Tengah setelah kunjungan ke Israel dan kesepakatan damai Gaza. Ini bukan pertama kalinya Trump kesal dengan media; ia pernah kritik cover Kamala Harris di edisi yang sama. Tapi kali ini, reaksi Trump lebih pedas, sebut majalah “hilangkan rambutnya” dan “buat ia terlihat seperti monster”. Di tengah momentum politik pasca-pemilu, keluhan ini campur antara guyonan dan serius, picu gelak tawa di kalangan lawan politik sambil ingatkan obsesi Trump pada citra diri. Bagi pendukungnya, ini bukti media bias; bagi kritikus, cuma ego yang tak terkendali. BERITA TERKINI

Reaksi Langsung Trump dan Sejarah Keluhan Media: Trump Kesal Usai Fotonya Jelek di Majalah TIME

Trump tak buang waktu: dalam thread panjang di Truth Social, ia tulis “Mereka hilangkan rambut saya, buat leher saya seperti sapi, dan sudut foto dari bawah seperti saya monster. Terburuk sepanjang masa!” Postingan itu langsung viral, dapat 2 juta like dalam jam pertama, dengan pendukungnya bagikan meme editan cover jadi karikatur lucu. Ini lanjutan pola Trump: sejak kampanye 2016, ia sering serang media atas foto atau artikel yang tak menguntungkan. Ingat 2017, saat ia jadi Person of the Year, Trump kesal karena foto dianggap terlalu serius—ia minta versi alternatif yang lebih heroik. Edisi kali ini, yang beri judul “His Triumph” atas peran Trump di kesepakatan Gaza, ironisnya penuh pujian: cerita sebut kunjungan ke Israel “momen ikonik” yang stabilkan Timur Tengah. Tapi foto, ambil di Gedung Putih oleh fotografer resmi, jadi sasaran utama—Trump sebut itu “sabotase” dari editor yang “benci saya”. Respons cepat dari timnya: juru bicara bilang presiden “cuma bercanda”, tapi postingan itu tetap online, tambah bahan bakar perdebatan politik.

Detail Foto dan Kritik dari Pakar Media: Trump Kesal Usai Fotonya Jelek di Majalah TIME

Foto cover itu ambil sudut rendah, buat Trump tampak lebih besar tapi juga lebih kasar: rambut kuningnya terlihat datar, lehernya tebal karena pencahayaan, dan ekspresi wajahnya tegang. Pakar fotografi sebut ini teknik standar untuk cover majalah, yang sering pakai sudut dramatis untuk efek kuat—mirip foto Obama 2008 yang ikonik. Tapi bagi Trump, yang selalu obsesi dengan penampilan, ini personal: ia klaim “mereka edit rambut saya hilang” meski bukti tunjukkan itu efek cahaya alami. Biografer seperti Michael Wolff bilang reaksi ini punya akar lebih dalam—Trump lihat foto sebagai serangan pada maskulinismenya, terutama setelah cover positif soal Gaza. Di media sosial, meme meledak: Photoshop Trump dengan rambut palsu atau leher panjang jadi viral, tarik 5 juta share. Kritikus seperti Jimmy Kimmel bikin sketsa malam itu, sebut “Trump vs Rambutnya: Perang Cover Majalah”. Ini tambah narasi bahwa Trump lebih peduli citra daripada substansi, meski artikelnya sendiri puji diplomasinya sebagai “kemenangan bersejarah”.

Implikasi Politik dan Respons dari Majalah

Keluhan Trump ini punya implikasi politik yang lebih luas, terutama di tengah pemilu midterm yang mendekat. Pendukungnya lihat ini sebagai bukti “deep state media” lawan Trump, dorong donasi kampanye naik 20 persen dalam 24 jam. Lawan politik seperti Demokrat sebut ini distraksi dari isu Gaza yang rumit—kesepakatan damai Trump dipuji, tapi kritik soal korban sipil tetap ada. Majalah edisi itu, yang cetak 4 juta eksemplar, respons halus: editor bilang foto “seperti adanya”, ambil dari sesi resmi Gedung Putih, dan artikel “hormati pencapaian presiden”. Ini klasik Trump: keluhan kecil jadi berita besar, perkuat basisnya sambil buat lawan terlihat petty. Di 2025, dengan media sosial yang dominan, reaksi seperti ini jadi strategi—Trump tahu kontroversi jual, dan cover ini malah tingkatkan penjualan edisi 15 persen. Tapi bagi kritikus, ini tunjukkan kerapuhan: presiden yang puji “triumph” di Timur Tengah kesal soal foto, ingatkan ego sering kalahkan diplomasi.

Kesimpulan

Kemarahan Trump atas foto jelek di cover majalah edisi November jadi cerita ringan tapi simbolis di tengah politik berat 2025. Dari thread Truth Social yang pedas hingga meme yang meledak, ini ingatkan obsesi Trump pada penampilan yang tak pernah pudar. Meski artikelnya puji kemenangan Gaza, foto jadi musuh utama—bukti citra lebih penting daripada kata. Bagi pendukung, ini perlawanan; bagi lawan, guyonan. Yang pasti, di era digital, satu foto bisa ubah narasi—dan Trump, seperti biasa, kuasai panggung itu dengan gaya khasnya. Cover ini mungkin “terburuk sepanjang masa” baginya, tapi bagi sejarah, ia cuma babak kecil dari drama abadi.

 

BACA SELENGKAPNYA DI..

admin

admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *